Senjapun mulai datang menghampiri malam “panas” pilkades Desa Ngasinan. Suara adzan di masjid dan musholla Desa Ngasinan mulai berkumandang. Pertanda waktu maghrib telah tiba. Terlihat setiap jalan masuk ke Desa Ngasinan telah ditutup kecuali jalan antar kecamatan. Akses jalan dalam desa benar – benar lumpuh. Bambu dan kayu melintang menghalangi jalan. Tak sembarang orang bisa melalui jalan tersebut. Disetiap ujung jalan terdapat gerombolan warga berjaga. Semua siaga bak perang dalam kota. Setiap gerak – gerik orang luar wilayah selalu dipantau. Semua mata seakan tak berkedip.
Terlihat
di halaman Balai Desa Ngasinan para petugas Linmas telah disiagakan. Sambil
dibacakan pos – pos jaga, mereka sibuk mengecek perlengkapan mereka sesuai
arahan dari pihak kepolisian. Masing - masing pos nanti akan dijaga oleh 2
(dua) orang Linmas dan dibantu oleh personil TNI – Polri. Berdiri di tengah – tengah para petugas
linmas, AIPTU Setyo Harianto, selaku Bhabinkamtibmas Desa Ngasinan terlihat
sibuk memberikan arahan dan penjelasan teknis pengamanan. Seperti malam – malam
sebelumnya, Perangkat Desa Ngasinan didampingi oleh Bhabinkamtibmas dari Polsek
Jetis serta Babinsa dari Koramil Jetis, selalu aktif melakukan patroli.
Bagaimanapun juga dengan jumlah pemilih yang banyak, Desa Ngasinan termasuk
wilayah yang rawan gesekan antar pendukung kedua belah calon kepala desa.
Namun, karena peran aktif dari Bhabinkamtibmas dan Babinsa memberikan himbauan
kepada warga agar tetap waspada dan menghindari hal – hal yang bisa memicu
konflik, akhirnya Desa Ngasinan tetap aman.
Pengamanan
juga dilakukan di Balai Desa Ngasinan, tempat utama yang menjadi fokus
pengamanan karena akan menjadi lokasi pemungutan suara pemilihan kepala desa.
Salah satu upaya untuk sterilisasi lokasi, sejak H-2 pelaksanaan pilkades, tidak
sembarangan orang bias memasuki balai desa. Selain panitia dan orang – orang
yang memiliki kewenangan dilarang masuk. Hal ini dilakukan untuk menghindari
hal – hal yang tidak dinginkan.